PRAKTIK MODERASI DI JALUR REMPAH NUSANTARA: MAKASSAR ABAD XVI – XVII

Abd Rahman Hamid

Abstract


Artikel ini bertujuan menjelaskan tentang praktik moderasi di jalur rempah Nusantara, khususnya Makassar pada abad XVI-XVII. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode sejarah ditemukan kisah yang sangat gemilang dalam hubungan Islam dan Kristen. Menurut teori balapan, persaingan dan permusuhan sengit antara penganut dua agama itu, seperti kasus Malaka, Jawa, dan Maluku, tidak terjadi di Makassar. Sejak abad XVI, penguasa Makassar sangat terbuka dengan semua bangsa dan penganut agama sehingga terjalin hubungan harmonis dengan Muslim Melayu dan Kristen Portugis. Praktik ini membuat Makassar terlambat menerima Islam pada awal abad ketujuh belas dibandingkan dengan Ternate dan Buton pada abad XV dan XVI. Namun, di sisi lain, setelah menerima Islam, Makassar mendeklarasikan Islamisasi ke semua kerajaan di semenanjung Sulawesi Selatan hanya dalam tempo empat tahun (1607-1611). Islam menjadi stimulus lahirnya kebijakan pelayaran bebas (mare liberum). Kebijakan ini menarik perhatian pelaut dan pedagang dari berbagai bangsa dan
agama untuk berlabuh dan berniaga di Makassar, sehingga ia berhasil tumbuh menjadi kota pelabuhan dunia. Hal ini menunjukkan kecemerlangan Makassar dalam memajukan perdagangan dan jalur rempah Nusantara.


Keywords


Makassar; jalur rempah; kota pelabuhan; moderasi

References


Abdurrahim. (1956). Kedatangan orang Melaju di Makassar. In H.D. Mangemba, Kenallah Sulawesi Selatan. Djakarta: Timun Mas, hal. 143-151.

Amin, E., & Skinner, C. (2008). Syair Perang Mengkasar. Makassar: Ininnawa.

Amir, A., & Hussin, N. (2019). Pedagang Melayu di Sulawesi Selatan: Identiti dan Kuasa. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Andaya, L. . (2004). Warisan Arung Palakka: Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke-17, diterjemahkan oleh N. Sirimorok. Makassar: Ininnawa.

Andaya, L. . (2015). Dunia Maluku: Indonesia Timur pada Zaman Modern Awal, diterjemahkan oleh S.D. Rahman. Yogyakarta: Ombak.

Arnold, T. . (1981). Sejarah Da’wah Islam, diterjemahkan oleh Nawawi Rambe. Jakarta: Widjaya.

Azra, A. (1995). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII dan XVIII. Bandung: Mizan.

Bassett, D. K. (1958). English trade in Celebes, 1613-1667. JMBRAS, 31(1 (181), 1–39.

Boxer, C. (1967). Francisco Vieira de Figueiredo: A Portuguese Merchant-Adventurer in South East Asia, 1624-1667. ‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff.

Chambert-Loir, H., & S M R Salahuddin. (1999). Bo’Sangaji Kai: Catatan Kerajaan Bima. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Colenbrander, H. T. (1919). Jan Pietersz Coen Besheiden Omtrent zijn Bedrijf in Indie (Eerste Deel). ‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff.

Cummings, W. P. (2015). Penciptaan sejarah Makassar di awal era modern, diterjemahkan oleh W. Jusuf. Yogyakarta: Ombak.

Foster, W. (1905). The Journal of John Jourdain, 1608-1617, describing his experiences in Arabia, India, and the Malay archipelago. Cambridge: Hakluyt Society.

Franca, A. P. da. (2000). Pengaruh Portugis di Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan.

Hamid, A. (2005). Syekh Yusuf Makassar: seorang ulama, sufi dan pejuang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hamid, A. R. (2018). Sejarah Maritim Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Hamid, A. R., & Madjid, M. S. (2011). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Heeres, J. E. (1896). Daghregister gehouden int Casteel Batavia anno 1624-1629. ‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff.

Heeres, J. E. (1900). Daghregister gehouden int Casteel Batavia anno 1640-1641. ‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff.

Idham. (2019). Moderasi dalam Budaya Masyarakat Islam. Jakarta: Kementerian Agama RI.

Kamaruddin et all. (1986). Lontarak Bilang Raja Gowa dan Tallok. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemenag. (2019). Moderasi Beragama. Jakarta: Kementerian Agama RI.

Leirissa, R. Z. (1973). Kebijaksanaan VOC untuk Mendapatkan Monopoli Perdagangan Cengkeh di Maluku Tengah antara Tahun 1615 dan 1652. In Abdurrahman (Ed.), Bunga Rampai Sejarah Maluku (I). Jakarta: Lembaga Penelitian Sejarah Maluku, hal. 84-115.

Ligtvoet, A. (1880). Transcriptie van het dagboek der vorsten van Gowa en Tello. Bijdragen Tot de Taal-, Land-En Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 28(1ste Afl), 1–259.

Lombard, D. (2005). Nusa Jawa Silang Budaya 2: Jaringan Asia, diterjemahkan oleh W.P. Arifin et al. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mattulada. (2011). Menyusuri jejak kehadiran Makassar dalam sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Mees, C. A. (1935). De kroniek van Koetai: tekstuitgave met toelichting. Leiden: Rijkuniversiteit.

Patunru, A. R. D. (2004). Bingkisan Patunru: Sejarah Lokal Sulawesi Selatan. Makassar: Lemlit Unhas.

Pelras, C. (1983). Sulawesi Selatan sebelum datangnya Islam berdasarkan kesaksian bangsa asing. Citra Masyarakat Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan, hal.56–83.

Pelras, C. (2006). Manusia Bugis, diterjemahkan oleh A. R. Abu & N. A. Arsuka. Jakarta: Nalar & École Française d’Extrême-Orient (EFEO).

Pires, T. (2014). Suma Oriental: catatan perjalanan dari Laut Merah ke Cina & buku Francisco Rodrigues. Diterjemahkan oleh A. Perkasa & A. Pramesti. Yogyakarta: Ombak.

Poelinggomang et all, E. L. (2004). Sejarah Sulawesi Selatan Vol. 1. Makassar: Balitbangda Provinsi Sulawesi Selatan.

Rahim, A., & Borahima. (1974). Sejarah Kerajaan Tallo’: Suatu Transkripsi Lontara’. Ujung Pandang: Kantor Cabang II Lembaga Sejarah dan Antropologi.

Reid, A. (2004). Sejarah Modern awal Asia Tenggara, diterjemahkan oleh S. Siregar dkk. Jakarta: LP3ES.

Reid, A. (2009). Pluralisme dan Kemajuan Makassar Abad ke-17. In R. Tol et all (Ed.), Usaha dan Kuasa di Masyarakat Sulawesi Selatan (pp. 73–94). Makassar: Ininnawa.

Reid, A. (2015). Asia Tenggara dalam kurun niaga 1450-1680 Vol. 2: Jaringan perdagangan Global), diterjemahkan oleh R. Z. Leirissa & P. Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sainsbury, W. N. (1964). Calender of State Papers Colonial Series (Vol.6: East Indies, China and Persia 1625-1629). Vadus: Kraus Reprinted.

Schrieke, B. J. . (2016a). Kajian Historis Sosiologis Masyarakat Indonesia Jilid 1. Diterjemahkan oleh Aditya Pratama. Yogyakarta: Ombak.

Schrieke, B. J. . (2016b). Kajian Historis Sosiologis Masyarakat Indonesia Jilid 2. Diterjemahkan oleh Adrian Perkasa. Yogyakarta: Ombak.

Sewang, A. M. (2005). Islamisasi Kerajaan Gowa abad XVI sampai abad XVII. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Shihab, M. Q. (2019). Wasathiyyah Wawasan Islam tentang Moderasi Beragama. Tangerang: Lentera Hati Group.

Stapel, F. W. (1922). Het Bongaais Verdrag. JB Wolter’s uitgevers-maatschappij.

Sulistyo, B. (2020). Trade and Ethnicity: Business Ethics and the Glory of Maritime Trade of The Makassar’s Wajorese in the 18th Century. Journal of Maritime Studies and National Integration, 4(2), 108–114.

Tiele, P. A. (1890). Bouwstoffen voor de geschiedenis der Nederlanders in den Maleischen Archipel (Vol. 2). ’s-Gravenhage: Martinus Nijhoff.

Tobing, P. O. L. (1961). Hukum Pelajaran dan Perdagangan Amanna Gappa. Makassar: Jajasan Kebudajaan Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Valentijn, F. (1726). Oud en Nieuw Oost-Indien: Omstandig Verhaal van de Geschiedenissen en Zaaken Het Kerkelyke ofte den Godsdienst Betreffende, zoo in Amboina... Amsterdam: Joanes Van Braam.

Visser, B. J. J. (1925). Onder portugeesch-spaansche vlag: de katholieke missie van Indonesie͏̈; 1511-1605.

Vlekke, B. H. M. (2008). Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Wessels, C. (1925). Wat staat geschiedkundig vast over de oude missie in Zuid-Selébès of het land van Makassar?, 1525-1669. Studien, 8, 403–441.

Wolhoff, G. J., & Abdurrahim. (1956). Sedjarah Gowa. Makassar: Jajasan Kebudajaan Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Yani, A. (2020). Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII. PUSAKA, 8(2), 191–210.




DOI: https://doi.org/10.36869/pjhpish.v8i2.285

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora

 

 

 

 

 

 

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Atribution 4.0 International.