MUSEUM KOTA MAKASSAR: REPRESENTASI IDENTITAS SEJARAH KOTA MAKASSAR DARI MASA KE MASA

Nurul Adliyah Purnamasari

Abstract


Makassar telah bertumbuh dan berkembang sebagai pusat pemerintahan dan kota niaga kosmopolitan di era kejayaan Kerajaan Gowa pada abad ke-17, dan kini menjadi kota metropolitan dengan keragaman budaya dan etnis. Jejak perjalanan kota ini terekam dalam koleksi Museum Kota Makassar. Sebuah museum yang didirikan oleh pemerintah kota Makassar sebagai upaya untuk menghubungkan masyarakat luas dengan sejarah dan budaya di kota ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji koleksi dan pameran Museum Kota Makassar sebagai representasi sejarah Kota Makassar dari masa ke masa. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dimulai dengan observasi dan inventarisasi koleksi, pengumpulan data pustaka, analisis data untuk mengidentifikasi makna sejarah yang terkandung pada masing-masing koleksi, dan terakhir, proses interpretasi data untuk dapat memberikan jawaban komprehensif terhadap pertanyaan penelitian. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa beragam koleksi menunjukan identitas Makassar sebagai kota maritim pada masa kerajaan, kemudian berkembang menjadi kota perjuangan pada masa Perang Makassar (1666 – 1669) dan era kemerdekaan dalam Peristiwa Westerling (1946 – 1947), menjadi kota kolonial pada masa pendudukan VOC dan Hinda Belanda, kota metropolitan, dan hingga kini berkembang menjadi kota urban yang multi etnis, serta memiliki klub sepak bola legendaris, PSM Makassar.


Keywords


Museum Kota Makassar; Kota Makassar; identitas sejarah; Kerajaan Makassar.

References


A.D., F., Rahmawati, Fajrin, H., Hastuti, H. B. P., Syaifuddin, & Agus, N. (2024). The Form and Meaning of Pakdaengang in the Makassar Ethnic Naming System. Theory and Practice in Language Studies, 14(2), 506–514. https://doi.org/10.17507/tpls.1402.23

Abbas, A., Kaharuddin, Jerniati, Musayyedah, Ratnawati, Aminah, Yulianti, A. I., Syamsurijal, & Thaba, A. (2022). Morphosyntactic Construction of Affixes and Clitics in Passive Sentences in Makassar Language. Eurasian Journal of Applied Linguistics, 8(3), 13–31. https://doi.org/10.32601/ejal.803002

Akil, A. (2017). Land-Use and Road Development Pattern of Downtown Makassar since 19th Century Until Now. Lowland Technology International, 19(2), 135–144.

Antweiler, C. (2019). Towards a Cosmopolitan Indonesia: Makassar as a Paradigm for Organising Cultural Diversity? Asian Journal of Social Science, 47(3), 340–363. https://doi.org/10.1163/15685314-04703004

Asmunandar. (2020). Re-Identitas Kota Lama Makassar. Lensa Budaya, 15(1), 1–14. https://doi.org/10.34050/jlb.v15i1.11079

Asmunandar, & Bahri. (2020). The History of Makassar City: Physical and Administrative Development. Advances in Social Science, Education and Humanities Research, 473(Icss), 598–602. https://doi.org/10.2991/assehr.k.201014.131

Bahri, Bustan, & Tati, A. D. R. (2019). Emmy Saelan: Perawat yang Berjuang. Al-Qalam, 25(3), 575–582. https://doi.org/10.31969/alq.v25i3.791

Budiman, B. A. (2020). Redesain Visual Identity PSM Makassar. Tantra, 7(2), 70. https://doi.org/10.26858/tanra.v7i2.12968

Bulbeck, D. (2016). The Inside View on Makassar’s 16th to 17th Century History: Changing Marital Alliances and Persistent Settlement Patterns. International Journal of Asia-Pacific Studies, 12(1), 143–167. https://doi.org/10.21315/ijaps2016.12.s1.7

Bustan, Jumadi, Najamuddin, & Subair, A. (2022). Ramang The Legends of Makassar Football Union (An Overview of Sports History). SHS Web of Conferences, 149(02028), 1–5. https://doi.org/10.1051/shsconf/202214902028

Darmawijaya. (2017). Penjelasan Sejarah atas Keluarnya Arung Palakka dari Barisan Sultan Hasanuddin Menjelang Perang Makassar. Walasuji, 8(1), 27–43. https://doi.org/10.36869/wjsb.v8i1.103

Esteban, I. C. (2010). The Narrative of War in Makassar: Its Ambiguities and Contradictions. International Journal of the Malay World and Civilisation, 28(1), 129–149.

Fadli. (2022). Hegemoni kerajaan Gowa dan Perang Makassar. Rihlah: Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan, 10(02), 88–102. https://doi.org/10.24252/rihlah.v10i02.34576

Hasniati, Hamdat, S., Fatimah, S., & Zainal, N. H. (2020). Does Local Wisdom Improve Quality of Public Services?: Learn from The Bugis-Makassar Culture. International Journal of Psychosocial Rehabilitation, 24(3), 825–839. https://doi.org/10.37200/IJPR/V24I3/PR200836

Hasyim, M. (2015). Pakdaengan: Culture Heritage of Makassar Ethnic Society in the Globalization Flow. The Social Science, 10(8), 2175–2180. https://doi.org/10.3923/sscience.2015.2175.2180

Ilyas, A., Bola, M., & Judhariksawan. (2021). Measurement of the Territorial Sea of the Kingdom of Gowa, Indonesia: Comparative Study in International Maritime Law. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 860(1), 1–6. https://doi.org/10.1088/1755-1315/860/1/012094

Junaedy, Ridha, M. R., & Amirullah. (2022). Museum Kota Makassar sebagai Sumber Belajar Sejarah, 2000-2020. Jurnal Pemikiran Kesejarahan Dan Pendidikan Sejarah, 20(2), 65–72.

Junaid, I., Ilham, M. D. M., & Saharuna, M. Y. (2022). Model Pengembangan Interpretasi Pariwisata Edukasi di Museum Kota Makassar. Jurnal Kepariwisataan Indonesia, 16(2), 216–236. https://doi.org/10.47608/jki.v16i22022.216-236

Makkelo, I. D. (2020). Sejarah Makassar dan Tradisi Literasi. Lembaran Sejarah, 15(1), 30–48. https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.59523

Máñez, K. S., & Ferse, S. C. A. (2010). The History of Makassan Trepang Fishing and Trade. PLoS ONE, 5(6), 1–8. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0011346

McWilliam, A., Bulbeck, D., Brockwell, S., & O’Connor, S. (2012). The Cultural Legacy of Makassar Stone in East Timor. Asia Pacific Journal of Anthropology, 13(3), 262–279. https://doi.org/10.1080/14442213.2012.674054

Naredi, H., Qodariah, L., & Andi, A. (2019). Pengenalan Museum Sebagai Informasi Kesejarahan dalam Meningkatkan Kesadaran Sejarah. Prosiding Kolokium Doktor Dan Seminar Hasil Penelitian Hibah, 1(1), 165–176. https://doi.org/10.22236/psd/11165-17669

Palogai, I. S. (2020). Kolonialisme dan Kekalahan dalam Perang Makassar sebagai Mitos dalam Kajian Semiotika Roland Barthes. Jurnal Ilmu Pendidikan, 7(2), 459–466. https://doi.org/10.53625/joel.v1i5.872

Pratama, K. G., & Widjayanto, J. (2023). Refleksi Srategi Perjuangan Arung Palakka Dalam Konteks Perang Semesta. Jurnal Elektrosista, 10(2), 211–222.

Purnamasari, N. A., & Makmur, D. S. (2022). Identitas Kerajaan Gowa Berdasarkan Koleksi Museum Balla Lompoa Sungguminasa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 7(2), 105–124. https://doi.org/10.24832/jpnk.v7i2.3182

Rachmawati, R., Mattin, A., & Adinda, A. (2022). Museum Kota Makassar Ditinjau dari Tipologi Arsitektur dan Konsep Perancangan. Jurnal Arsitektur Display, 1(1), 19–27.

Rahim, A., Tolla, A., Kaseng, S., & Salam, S. (2015). The Retention of Sinrilik Values in Teaching Local Language and Literature of Makassar. Journal of Language Teaching and Research, 6(5), 999–1009. https://doi.org/10.17507/jltr.0605.12

Rahim, M., & Abbas, I. (2024). The Development Characteristics of Makassar City in Past and Present. International Review for Spatial Planning and Sustainable Development, 12(2), 238–265. https://doi.org/10.14246/IRSPSD.12.2_238

Ramadhan, S. (2018). Museum Kota Makassar sebagai Sarana Pembelajaran Nonformal: Kajian Curtural Resource Management. Universitas Hasanuddin.

Rasjid, A., Gunawan, R., & Hisyam, M. (2000). Makassar sebagai Kota Maritim. Departemen Pendidikan Nasional.

Renaldi, Syarif, M., Yusri, A., Latif, S., Abdullah, A., & Idrus, I. (2024). Pendekatan Smart Building pada Perancangan PSM Training Center di Kota Makassar. Jumptech, 3(1), 63–69. https://doi.org/10.26618/jumptech.v3i1.14171

Renold, Eppang, B. M., Darmayasa, & Djamaluddin, M. A. (2023). Transformasi Museum Kota Makassar Melalui Pengembangan Aktivitas Interpretasi Berbasis Edukasi. Management, Jambura Journal of Educational, 4(2), 395–423. https://doi.org/10.37411/jjem.v4i2.2742

Sjaf, S. (2017). Kanalisasi Politik Etnik di Makassar. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 5(2). https://doi.org/10.22500/sodality.v5i2.17968

Sumantri, P. P. (2019). Peristiwa Pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan sebagai Sumber Pendidikan Nilai HAM dalam Pembelajaran Sejarah. Zait Geist, 2(1), 55–63.

Susmihara, S. (2016). Kemajuan Budaya Masyarakat Makassar Abad XVII. Jurnal Adabiyah, 16(1), 60–69.

https://doi.org/10.24252/jad.v17i116i1a5

Sutherland, H. (2001). The Makassar Malays: Adaptation and Identity, c. 1660-1790. Journal of Southeast Asian Studies, 32(3), 397–421. https://doi.org/10.1017/S0022463401000224

Wardah. (2012). Representasi Identitas Budaya Makassar dalam Pemberitaan Situs Panyingkul.com Periode 2006-2010. Kom & Realitas Sosial, 4(4), 108–125. http://jurnal.ubl.ac.id/index.php/JIK/article/view/413

Yani, A. (2018). Dampak Perang Makassar Abad XVII-XVIII. Rihlah, 06(01), 107–131. https://doi.org/10.24252/rihlah.v6i1.5460

Yusuf, R. Z., Melay, R., & Bunari. (2017). Raymond Paul Pierre Westerling Slaughter in South Sulawesi Effort As a Starting The Dutch State Indonesia East (1946-1947). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, 4(1), 1–10.




DOI: https://doi.org/10.36869/pjhpish.v9i1.349

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora

 

 

 

 

 

 

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Atribution 4.0 International.