TRADISI MAPPALESSO SAMAJA PADA MASYARAKAT LUWU DI DESA PATIMANG SULAWESI SELATAN
Abstract
Tulisan ini merupakan hasil penelitian lapangan yang bertujuan selain menguraikan awal mula tradisi mappalesso samaja, juga untuk mengungkap nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif menggunakan teknik pengumpulan data berupa pengamatan,
wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa awal mula dilaksanakannya tradisi mappalesso samaja adalah karena adanya nazar atau “Samaja” yang pernah diucapkan oleh Datu Luwu Andi Djemma di hadapan para dewan adatnya dan para pemuda pejuang Luwu saat menghadapi
momen kritis ketika memimpin perang gerilya mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada saat itu, Datu Luwu bernazar, bahwa kelak apabila perjuangan rakyat Luwu dalam membela Negara Kesatuan Republik Indonesia berhasil mencapai tujuan dan cita-cita proklamasi kemerdekaan.
Oleh karena itu, sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah SWT, beliau akan melaksanakan acara adat “Manre saperra” atau “Santap bersama” bersama seluruh lapisan masyarakat Luwu. Pelaksanaan tradisi mappalesso samaja secara garis besar terdiri atas tiga tahap, yakni: mallekke wae, maddoja-roja, dan
manre saperra. Ada beberapa nilai budaya yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi mappalesso samaja, yakni nilai kegotongroyongan, nilai religi, nlai musyawarah, nilai sosialisasi, nilai kepatuhan,nilai solidaritas, nilai estetika/keindahan, dan nilai hiburan.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Ansaar, 2010. “Nilai Budaya yang Mendasari Gotong Royong pada Masyarakat Petani: Kasus di Kelurahan Sapanang Kabupaten Pangkep”, Jurnal Walasuji, Vol. I. No.2. Hlm.187-196.
Faisal, 2008. Aktualisasi Nilai-nilai Budaya Etnik Mandar dalam Arena Sosial, Makalah
Hadi, Abdul, tanpa tahun. “Strategi Pembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa”. Jakarta. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Koentjaraningrat, 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia.
Kantor Pemerintahan Desa Patimang: Moografi Desa Patimang, 2017.
Mattulada, 1977. Beberapa Aspek Gotong Royong Dalam Masyarakat Bugis-Makassar. Berita Antropologi, No.30 Th.IX, Pebruari 1977
Moertjipto, dkk, 1996/1997. Wujud Arti dan Fungsi Puncak-puncak Kebudayaan lama dan Asli Bagi Masyarakat Pendukungnya, Yogyakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Salim, Agus, 2006. Teori dan Paradigma, Penelitian Sosial, Edisi Kedua, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Suyono, A, 1985. Kamus Antropologi, Jakarta: Akademika Pressindo.
Singarimbun, Masri, Irawati dan Sofyan Effendi, 1981: Metode Penelitian Survei, Jakarta, LP3S.
Sujarwa, 2010: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
DOI: https://doi.org/10.36869/pjhpish.v7i1.179
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora
This work is licensed under a Creative Commons Atribution 4.0 International.