EKOKRITIK SASTRA LISAN DALAM MITOS GUNUNG PEGAT DI WONOGIRI

Hendra Aprianto

Abstract


Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran mitos Gunung Pegat dalam melestarikan lingkungan, memperkuat identitas budaya, dan memandu perilaku manusia dalam menjaga harmoni dengan alam. Mitos Gunung Pegat terdapat di beberapa daerah Indonesia, seperti Gunung Pegat di Ponorogo, Gunung Pegat di Blitar, dan Gunung Pegat di Wonogiri. Dalam penelitian ini lebih berfokus ke Gunung Pegat di Wonogiri. Cerita lisan yang turun temurun dari nenek moyang merupakan bentuk produk budaya dengan makna tersirat—yaitu untuk keberlangsungan alam dan hutan. Metode dalam pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi pustaka disertai dengan wawancara penduduk lokal Wonogiri. Artikel ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dikarenakan objek data berupa satuan-satuan bahasa, kata, dan frasa. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma ekokritik yang digagas oleh Greg Garrard. Ekokiritk Garrad menggagas enam sudut pandang yaitu 1) Polusi (pollution), 2) Hutan belantara (Wildness), 3) Bencana (Apocalypse), 4) Tempat tinggal (Dwellings), 5) Hewan (Animals), dan 6) Bumi (The earth). Hasil analisis menunjukkan bahwa mitos ini bukan hanya merupakan cerita turun-temurun, tetapi juga cerminan dari hubungan yang kompleks antara manusia, lingkungan, dan makhluk hidup di sekitarnya. Mitos Gunung Pegat memberikan wawasan tentang kearifan lokal, kepercayaan pada keseimbangan alam, dan nilai-nilai pelestarian lingkungan. Dengan adanya artikel ini semoga bisa menjembatani penelitian yang berkelanjutan mengenai Gunung Pegat di daerah lain dan sebagai bahan referensi mengenai makna yang terdapat dalam tradisi lisan.


Keywords


ekokritik; sastra lisan; Gunung Pegat;Wonogiri

References


AF, H. R. (2022). Pengantin dalam Mitos Gunung Pegat di Wonogiri. Universitas Gadjah Mada.

Danandjaja, J. (1986). Folklor Indonesia (Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain), Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. Cetakan Ke, 2.

Dayati, T. (2014). Analisis Semiotik Tembang Macapat Pupuh Asmaradana dalam Serat Witaradya 2 Karya Raden Ngabehi Ranggawarsita. PBSJ-FKIP.

El-Halwagi, M. M. (2017). Sustainable design through process integration: fundamentals and applications to industrial pollution prevention, resource conservation, and profitability enhancement. Butterworth-Heinemann.

Faruk. (2020). Metode Penelitian Sastra Sebuah Penjelajahan Awal (Cetakan ke-5). Pustaka Pelajar.

Finnegan, R. (1992). Oral Tradition and Verbal Arts. London: Routledge.

Garrard, G. (2004). Ecocriticism. Routledge.

Hidayatullah, A. (2008). Mitos perceraian Gunung Pegat dalam tradisi keberagamaan masyarakat Islam Jawa: Kasus Desa Karang Kembang Kec. Babat Kab. Lamongan. (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Hutomo, Dr. S. S. (1991). Mutiara yang Terlupakan Pengantar Studi Sastra Lisan. Penerbit Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia HISKI.

Ikawati, L. (2022). Translating Culture Specific Items: A Study of Translation Strategies in a Guidebook. FLIP: Foreign Language Instruction Probe, 1(2), 87–100.

Kleden, I. (2004). Masyarakat dan negara: sebuah persoalan. Penerbit Agromedia Pustaka.

Kusumawati, N. (2022). STRATEGI KOMUNIKASI BUMDES SEKAR MANDIRI DALAM MENGEMBANGKAN OBJEK WISATA ALAM GUNUNG PEGAT KARANGASEM BULU SUKOHARJO. UIN Raden Mas Said.

Moleong, L. (2010). Metode peneltian. Jakarta: Rineka Cipta.

NI, K. A. (2022). mitos pegatan dalan cerita rakyat gunung pegat di blitar: kajian ekokritik. Universitas Gadjah Mada.

Nyman, J. (2014). Nature and Culture: Teaching Environmental Awareness Through Literature.

Pamungkas, O. Y., Widodo, S. T., Suyitno, S., & Endraswara, S. (2018). Ecocriticism: Javanese Cosmology and Ecoethic in Tetralogy Romance by Ki Padmasusastra. International Seminar on Recent Language, Literature, and Local Cultural Studies (BASA 2018), 430–439.

Raharjo, R. P., Kholifatu AS, A., & Permadi, G. S. (2020). Strukturalisme Sastra Lisan Dalam Mitos Dewi Kilisuci Dan Mitos Tengger.

Sidiq, M. R., Sulaeman, M. Y., & Sofiah, N. (2021). POTENSI BUDAYA MASYARAKAT PADA LEVEL KELURAHAN DALAM PERSPEKTIF EKOLOGI ADMINISTRASI. Jurnal DIALEKTIKA: Jurnal Ilmu Sosial, 19(3), 60–68.

Sofian, A. (2018). Adat Larangan Pasangan Pengantin Baru Melintasi Gunung Pegat Di Desa Bumiharjo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri Perspektif’Urf . IAIN Ponorogo.

Sri, U. (n.d.). Budaya larangan perkawinan mempertemukan pengantin melewati gunung pegat di desa nambak kecamatan slahung kabupaten ponorogo . IAIN Ponorogo.

Stone, M. E. (2003). A reconsideration of Apocalyptic visions. Harvard Theological Review, 96(2), 167–180.

Sugiyono, P. (2015). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta, 28, 1–12.

Sutisna, A. R. (2021). Kajian Ekokritik dalam Novel Kekal Karya Jalu Kancana. UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa Dan Sastra, 17(2), 185–194.

Taylor, B. (2001). Earth and nature-based spirituality (part I): From deep ecology to radical environmentalism. Religion, 31(2), 175–193.

TOER’S, A. (2018). FOREIGNIZATION AND DOMESTICATION OF INDONESIAN CULTURAL WORDS IN THE ENGLISH TRANSLATION OF PRAMOEDYA. STATE ISLAMIC UNIVERSITY.

Sumber Lisan

Lukman (30 tahun). 2024. Warga Wonogiri. Wawancara. Yogyakarta, 20 Mei 2024

Shalmannuary Nisya Allquarismy (24 tahun). 2024. Warga Wonogiri. Wawancara, Yogyakarta, 18 Mei 2024.




DOI: https://doi.org/10.36869/pjhpish.v9i1.312

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora

 

 

 

 

 

 

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Atribution 4.0 International.