MAKNA SIMBOLIK PAKAIAN ADAT MAMASA DI SULAWESI BARAT
Abstract
Penulisan artikel ini, selain bertujuan untuk mendeskripsikan pakaian adat Mamasa juga untuk mengungkapkan makna simbolik yang terkandung di dalamnya. Materi dalam tulisan ini diambil dari hasil penelitian lapangan dengan menggunakan metode wawancara, pengamatan, dan studi pustaka. Hasil pembahasan menunjukkan, bahwa pakaian adat Mamasadalam penggunaannya,berkaitan erat dengan stratifikasi sosial yang ada di masyarakat. Selain berfungsi untuk menutupi fisik pemakai, pakaian adat Mamasa juga memiliki makna atau filosofi tersendiri sebagaimana yang diakui dalam masyarakat Mamasa dan tersirat melalui simbol-simbol tertentu. Pakaian adat Mamasa ini memiliki bentuk atau karakteristik tersendiri yang membedakan dengan pakaian adat dari daerah lainnya. Pakaian adat ini dibedakan dalam dua jenis, yaitu pakaian adat yang dipakai oleh kaum bangsawan (tana’ bulawan) dan pakaian adat untuk kalangan masyarakat umum.Diantaranya penggunaan bayu pongko’, bayu kalonda, dan talana tallu buku (celana khas Mamasa) yang merupakan simbol pakaian kebesaran bagi tokoh-tokoh hadat yang ada di Mamasa.Warna putih menjadi salah satu unsur pembeda dari kedua jenis ini.Demikian pula halnya dengan aksesoris yang dipakai, selain berfungsi sebagai pelengkap penampilan, aksesoris-aksesoris ini memiliki makna simbolik yang penting artinya bagi masyarakat Mamasa. Seperti pare passan (kalung), gayang (keris), gelang (rara maupun lola), yang merupakan simbol dari kekayaan si pemakai.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Ansaar. 2015. ArsitekturTradisionalMamasa. Makassar:Refleksi.
Chalik, Husein A, et.al. 1992/1993. Pakaian adat Tradisional Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari Bagian Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai- Nilai Budaya Sulawesi Tenggara.
Endraswara, Suwardi. 2012. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Koten, dkk. 1991. Pakaian Adat TradisionalDaerah Provinsi NTT. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Liliweri, Alo. 2014. Pengantar Studi Kebudayaan. Bandung: Nusa Media
Mandadung, Arianus. 2005.Keunikan Budaya Pitu Ulunna Salu Kondosapata Mamasa. Edisi Pertama. Mamasa: Pemerintah Kabupaten Mamasa.
Maleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Melamba, Basrin. 2012. Sejarah dan Ragam Hias Pakaian Adat Tolaki di Sulawesi Tenggara. Mozaik Jurnal Ilmu Humaniora Volume 12 No. Juli-Desember 92-204.
Pusat Bahasa Depdiknas, 2008. Tesaurus Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Jakarta: Depdiknas.
Qodratilah, Meity Taqdir. 2011. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Siandari, Apriliasti, 2013. Makna Simbol Pakaian Adat Pengantin Suku Sasak Lombok Nusa Tenggara Barat. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta Program Studi Pendidikan Seni Rupa.
Sobur, Alex, 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Yoesoef, Wiwik, dkk. 1990. Busana Adat Pada Masyarakat di Sulawesi Selatan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
DOI: https://doi.org/10.36869/pjhpish.v4i1.78
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora
This work is licensed under a Creative Commons Atribution 4.0 International.